Ingin Punya Produk Sendiri, Banting Setir dari Bekerja di Bank
UMKM Bercerita
Sebelum memutuskan untuk berwirausaha, saya Oktarina Mudinurlia adalah salah satu karyawan di salah satu bank di Jakarta. Selama bekerja, saya mempelajari ilmu agama dengan mengikuti kajian-kajian. Dari kajian itu, saya mengetahui bahwa bekerja di bank itu sesuatu yang dilarang Allah.
Semakin hari, saya rasanya makin tidak tenang dan nyaman bekerja. Akhirnya saya memutuskan pensiun dini dua tahun lalu, bertepatan dengan awal pandemi Covid-19. Saat itulah akhir dari masa kerja saya setelah 15 tahun bekerja di bank.
Awalnya memang tak mudah. Banyak yang tidak setuju dengan keputusan ini. Namun niat saya, sudah bulat. Bismillah, insya Allah akan dicukupkan rezeki dari tempat lain.
Setahun sebelum keluar dari bank saya sudah menjadi reseller dari produk makanan dan minuman. Saya menjalankan semuanya dari rumah saya di Jalan Durian 2 Nomor 35 , Depok 1.
Namun saya merasa belum bisa fokus juga saat itu. Setelah berhenti kerja kantoran, saya mulai berjualan frozen food. Alhamdulillah cukup banyak pembelinya, namun saya merasa tidak puas. Saya berpikir sepertinya enak jika bisa membuat produk sendiri. Rasanya akan lebih puas dan senang jika produk buatan kita di beli dan di sukai oleh customer.
Berawal dari situ, saya mulai belajar kursus online baking. Ada beberapa kue yang saya buat. Beberapa jenis tidak saya lanjutkan karena sepi peminat.
Saat pandemi, puding buah tropical saya cukup banyak peminatnya. Mereka membeli puding untuk hantaran kerabat yang sedang isoman. Selain puding, saya juga menjual kue basah seperti kue hejo pandan dan lapis pepe. Kue hejo dibeli biasanya untuk camilan di rumah atau acara arisan dan lainnhya.
Selain kue, saja juga menambah item produk yakni minuman cincau gula malaka. Minuman ini tidak menggunakan santan dan susu. Sehingga insyaa Allah aman untuk semua usia.
Produk-produk yang saya jual bervariasi harganya. Yang paling murah adalah kue hejo dengan harga per pcs 3.500 dan puding dengan maksimal harga 250 ribu.
Saya pun coba memanfaatkan berbagai platform media sosial untuk berjualan seperti di Facebook, Instagram, Tik Tok juga Whatsapp. Selain itu saya juga rajin mengikuti bazar-bazar yang diadakan di sekolah-sekolah atau di kampus.
Pengalaman ikut bazar sungguh menjadi batu ujian kesabaran. Karena tidak semua bazar yang saya ikuti sesuai harapan. Beberapa bahkan ada yang zonk.
Pernah dalam sehari saya hanya mendapat penjualan dua botol minuman dengan total omset Rp 20 ribu. Rasanya tentu sedih, padahal lokasi bazar di salah salah satu kampus terkenal.
Namun alhamdulillah Allah mengganti rezeki saya dari tempat lain. Dalam jeda waktu yang tak lama, tiba-tiba saya mendapatkan orderan 120 botol cincau dan enam box kue hejo. Masya Allah, betapa Allah Maha Baik buat saya.
Saya yakin insya Allah jika saya terus berusaha dan belajar ilmu-ilmu berbisnis, bisnis saya akan maju dan dikenal lebih luas lagi. Kesempatan itu terbuka apalagi dengan mengikuti pelatihan UMKM Dkerens baik online maupun offline. Ditambah lagi ada motivasi dari bapak Wakil Wali Kota Imam Budi Hartono, agar tetap fokus, semangat dan pantang menyerah. Insya Allah bisa suskes.
Untuk teman-teman yang saat ini sedang berjuang seperti saya, yuk jangan pernah lelah untuk terus berusaha dan bermimpi. Jika lelah istirahatlah dulu, tapi jangan berhenti. Yakinlah Allah bersama dengan orang-orang yang sabar dan mau terus berusaha. (*1)