Livi Suryani, Memulai Usaha dari Modal Kurang dari Rp 200 Ribu
UMKM Bercerita
Saya Livi Suryani, tinggal di Kampung Pitara gang Kemang, Rangkapan Jaya, Depok. Usaha saya warung sembako, nasi uduk dan gorengan serta keripik pisang. Awal memulai usaha, saat saya resign dari pekerjaan saya di salah satu perusahaan Jakarta. Alasan resign, karena saat itu saya sudah menikah, punya anak dan tidak ada yang menjaganya.
Saya melewati hari-hari saya di rumah dengan rasa jenuh. Lalu terlintas di pikiran saya untuk berjualan supaya ada kegiatan dan tidak jenuh sambil mengurus rumah dan mengasuh anak.
Pada awalnya, suami saya tidak setuju. Alasannya sudah banyak warung di sekitar tempat tinggal saya yang pada saat itu saya masih mengontrak. Tapi alhamdulillah saya bisa menyakinkan suami dan akhirnya menyetujui saya untuk berjualan.
Awalnya dengan modal awal yang seadanya sekitar kurang lebih Rp 200 ribu. Saya berbelanja ke sebuah agen pada waktu itu saya membeli snack, permen, beberapa jenis es larut yang bisa langsung diseduh, seperti teh jus, pop ice. Saya berjualan seadanya di depan rumah.
Alhamdulillah laris manis, anak-anak di sekitar lingkungan saya pada jajan di rumah saya. Seiring berjalannya waktu, permintaan dari tetangga kiri kanan pun muncul. Mereka minta saya menambah jenis jualan saya sepert rokok, gula, minyak, mie instan dan kebutuhan pokok sehari-hari lainnya. Setelah beberapa tahun usaha saya berjalan, alhamdulillah saya dan suami bisa membeli sebuah rumah. Kami pun pindah ke rumah sendiri dan melanjutkan usaha kami.
Tapi di setiap usaha pasti ada suka dukanya. Melihat usaha saya maju, ada saja kompetitor yang tidak suka. Saya pernah difitnah memakai pesugihan dukun. Hal itu sempat menurunkan penjualanan saya pada waktu itu. Suami saya juga sakit cukup lama, akibat jatuh terserempet motor pas akan berangakat kerja. Kaki bagian lututnya bermasalah sehingga dia tidak bisa berjalan.
Di situ menjalankan usaha sendiri. Saya berbelanja sendiri, mengurus pengobatan suami dan juga bolak balik rumah sakit.
Saya juga harus mengurusi anak saya yang kebetulan sekolah di pondok pesantren yang cukup jauh dari rumah. Semua itu saya kerjakan sendiri. Banyak pengalaman yang tak terlupakan, salah satunya saya pernah suatu hari pulang belanja, dan kehujanan. Karena jalanan licin, motor saya jatuh sampai belanjaan saya berantakan.
Tapi alhamdulillah, saya pantang menyerah dan masih banyak orang yang suka belanja di warung. Hasil penjualanan saya kurang lebih Rp 1 juta per hari. Dari hasil penjualan itu, saya bisa membantu pengobatan suami dan biaya sekolah anak-anak.
Alhamdulillah, setelah menjalani sakit sekian lama, kondisi suami saya semakin baik dan akhirnya sembuh. Kami bisa berjualan lagi dan anak saya lulus dari pesantren selama enam tahun.
Ke depannya saya ingin usaha saya lebih maju dan berkembang dengan omset yang bagus per harinya. Walaupun di tengah persaingan usaha lain yang ada di sekitar usaha saya.
Saya pun teringat kata motivasi dari bapak Wakil Wali kota Depok Imam Budi Hartono, saat menyampaikan pesannya di acara Pembukaan Wira Usaha Baru Kota Depok. Beliau menyapaikan, habiskan masa gagalmu di usia muda, terus optimistis pantang menyerah. Jadilah pahlawan bagi keluarga dan masyarakat sekitarmu.
Insya Allah, dengan saya ikut program ini akan bisa membuat usaha saya lebih maju dan berkembang lagi. Saya memetik banyak hikmah dari apa yang telah saya lalui yakni, saat memulai usaha jangan mudah menyerah walaupun keadaan omset penjualanan sedang turun. Dan jangan ragu untuk memulai usaha sekecil apapun itu. (*1)