Sajadah Pengabdian Amir Uskara

Kabar  

Berangkat dari sebuah perjuangan, hari ini terasa begitu penat. Lelah. Saya rebahkan tubuh pada kursi putar yang begitu empuk. Ikatan dasi saya longgarkan, agar angin kesejukan bisa berhembus menyejukkan jiwa.

Baru saja pertemuan dengan Komisi VI selesai. Pasalnya karena ada pengalihan kemitraan BUMN dari Komisi VI ke Komisi saya mengabdi, Komisi XI DPR RI. Saya menganggapnya begitulah dinamika yang ada. Mata begitu berat rasanya. Kalau boleh memilih mimpi, saya ingin terlelap dan bermimpi masa-masa dulu yang telah saya lewati.

Masa galau ketika tidak lulus Akabri. Sekiranya kalau dulu saya lulus, saya tak berada di Fakultas Teknik perkapalan Unhas yang mimpi saya akan mempelajari pesawat terbang, tapi kapal laut. Masa galau saat digoda dengan pesona bisnis, sementara berstatus mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Saya kemudian bergegas, bangkit berdiri dari kursi wakil rakyat menuju ruang sidang. Memperjuangkan suara rakyat yang terkadang terbungkam di depan pintu parlemen.

Apapun kata dunia, saya merasa sebagai anak yang beruntung, terlahir di tengah keluarga yang relegius dan pendidikan agama menjadi salah satu pondasinya. Tepat 9 Desember 1965 saya lahir.

Ayah saya adalah seorang petani yang kehidupan sosialnya cukup bermasyarakat. Apalagi ayah saya menjadi pengurus PPP tingkat kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Makkaraus Daeng Tayang, nama ayah. Ibu saya, Hj Ma’alumah Daeng Kanang. Keduanya masih ada hubungan keluarga. Saya anak keempat dari sembilan bersaudara.

Saya menetap di sebuah rumah posisinya masih tidak jauh dari bantaran Sungai Jeneberang. Saya akrab dengan kehidupan sungai. Berenang di pinggir sungai menjadi aktivitas yang tidak pernah alpa saya akukan.

Berenang di sungai telah menjadi bagian dari kehidupan. Bagaimanapun kondisi sungai itu, selalu saja ada permainan yang bisa kami lakukan. Kalau air sungai sedang pasang, kami anak-anak belia begitu senang karena bisa berenang dengan leluasa. Jika airnya surut, kami bahagia karena sungau itu kami sulap menjadi lapangan bola.

Pendidikan dasar pertamakali saya tempuh di SD Negeri Mangalli sampai kelas 3, Jalan Poros Pallangga, Tetebatu. Saya bertahan tiga tahun saja, lalu saya pindah ke SD Negeri 2 Sungguminasa. Di sana, saya harus menetap di rumah kakek saya, Haji Suyuti Daeng Mangung di Jalan Wahid Hasyim, Sungguminasa.

Setamat dari SDN 2 Sungguminasa pada 1979, saya diterima di SMP Negeri 1 Sungguminasa. Semasa masa SMP, saya tetap menyukai bermain bola. Setamat dari SMP Negeri 1 pada 1982, saya diterima di SMA Negeri 159 Sungguminasa.

Di masa SMA inilah, cita-cita saya ingin menjadi dokter. Namun selepas SMA saya ingin menjadi perwira tentara. Saya pun berjuang agar bisa lolos di Akademi Militer. Alasannya, saya ingin berkarya di bidang Keamanan dan Politik. Maklum saja, saat itu nyaris hanya dari kalangan ABRI yang bisa menjadi bupati. Makanya saya memilih AKABRI agar tujuan saya ingin menjadi bupati terwujud.

Sayangnya, langkah itu terhenti di Magelang. Saya pulang dengan kecewa. Saya gagal menjadi taruna AKABRI dan kembali ke Makassar untuk beralih ke perencanaan kedua.

Sebelum saya berangkat ke Magelang, saya juga mendaftar di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Perkapalan Unhas. Akhirnya saya dinyatakan lulus di Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin. Saya kuliah empat semester di Teknik Perkapalan Unhas yaitu masuk ke Unhas pada 1985 sampai 1987.

Namun itu tak tuntas karena akhirnya saya memilih meninggalkan Teknik Perkapalan Unhas. Mengapa? Alasannya, selain ekspektasi awal saya kuliah di teknik Perkapalan bisa mempelajari tentang pesawat, ternyata yang dipelajari adalah tentang kapal laut.

Maka pada 1987 saya ikut ujian masuk PTN jurusan sejuta umat yaitu jurusan kedokteran. Saya memilih Fakultas Kedokteran UNPAD dan alhamdulillah saya lulus.

Sebagai aktivis Fakultas Kedokteran Unpad, saya ikut sebagai pengurus senat dan terpilih sebagai Sekretaris Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia untuk wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Saya juga aktif menjadi pengurus masjid Assyifa Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. Saya pun aktif menjadi Redaktur Tabloid Medicinus, Fakultas Kedokteran UNPAD. Dan, pada 1992 saya memilih kembali ke Makassar.

Saya pindah dari Fakultas Kedokteran Unpad ke Fakultas Kedokteran Unhas. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Unhas, saya aktif menekuni dunia bisnis. Dunia yang sudah saya sentuh sejak SD. Saya bersama teman-teman saya menekuni dunia bisnis properti.

Jangan pernah takut melakukan sesuatu selama itu sesuai dengan panggilan hati. Cobaan beraneka rasa kehidupan. Dan di setiap rasa itu kita akan bisa memeroleh hikmah.

Ada Wanita Hebat

Di belakang lelaki sukses, ada wanita Hebat, saya sangat setuju dengan pernyataan itu, makanya dalam pergulatan hidup saya tidak lengkap rasanya kalau cerita tentang istri saya tidak ikut. Adalah Hj Tenriadjeng, wanita hebat itu yang menjadi tambatan hati saya. Kami berdua resmi mengikrarkan cinta suci pada 8 Oktober 1995 di Gedung Wanita Sungguminasa.

Mencicipi politik, setelah aktif di HIPMI Kabupaten Gowa, saya hendak melompat lagi ke rasa kehidupan lain. Manisnya dunia bisnis sudah saya rasakan. Selanjutnya saya hendak mencicipi rasanya dunia politik.

Niatnya, untuk memperjuangkan nasib masyarakat. Akhirnya saya memilih berlabuh di Partai Kabah, PPP.

Pertamakali meniti karier di jalan politik, saya menjadi Caleg pada 1987 lewat PPP. Dan pada 1999 saya kembali ikut bertarung untuk Dapil Kabupaten Gowa dan saya berhasil lolos pada 1999-2004.

Saya memeroleh amanah menjadi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Gowa dan merangkap Ketua PPP Kabupaten Gowa. Saya kemudian bertarung di DPRD Provinsi Sulawesi Selatan dan lolos menjabat satu periode sekaligus menduduki Jabatan Ketua DPW PPP Sulsel.

Saya lantas bertarung di gelanggang Parlemen DPR RI dari Dapil I dan dinyatakan lolos. Syukur alhamdulillah dengan kerja keras, saya ditempatkan menjadi Wakil Ketua Komisi XI DPR RI sekaligus Ketua Fraksi PPP DPR RI.

Saat ini telah memasuki periode kedua berkarier di Senayan, kurang lebih sembilan tahun dan memasuki sepuluh tahun. Berbagai karier dan perjuangan untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat Sulawesi Selatan, kini tengah kami kawal dan perjuangakan.

Jika ditanya mengapa saya memilih PPP, maka saya jawab, saya ini kan Muslim dan ayah saya aktivis NU dan aktivis PPP Kabupaten Gowa. Kalau namanya Muslim, tentu shalatnya pasti menghadap Ka'bah. Dan, sebagai Muslim saya wajib membesarkan agama saya. Karena itu, saya memilih berjuang demi Islam melalui PPP. (*1)

Penulis: Bachtiar Adnan Kusuma

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Tinggalkan jejakmu dengan menulis

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image